AMBON, KALWEDO - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku, di Ambon, Selasa, menandatangani kerjasama dengan Inpex Masela dalam rangka pengembangan kain tenun ikat Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).
Penandatangan nota kesepahaman (MoU) dilakukan Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku, Bambang Pramasudi dengan Manager Land Acquisition dan sosial performance Inpex, Puri Minari.
Bambang mengatakan, peranan UMKM dalam struktur perekonomian sangatlah dominan, baik dari sisi jumlah usaha, penyerapan tenaga kerja maupun sumbangan pada produk domestik bruto (PDB) dan ekspor Indonesia.
Berdasarkan data 2013 dari 57,9 juta unit usaha di Indonesia, ternyata 99,9 persen diantaranya merupakan UMKM dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 114 juta orang.
Dengan demikian kain tenun ikat Tanimbar dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi lokal, di mana menurut Pemkab MTB satu dari sepuluh penduduk perempuan di kabupaten tersebut merupakan penenun.
Dengan kata lain potensi dorongan produktifitas ekonomi dari pengembangan kerajinan tenun ikat cukup besar.
Dari sisi potensi pasar 41 motif unik pada tenun ikat Tanimbar juga diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar busana etnik nasional.
Menurut Bambang, pengembangan kain tenun ikat Tanimbar masih memeiliki beberapa tantangan hingga saat ini masih sedikit penduduk MTB yang menjadikan kegiatan menenun sebagai mata pencaharian utama.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya akses pasar yang selama ini banyak menggantungkan pada permintaan untuk acara adat.
"Melihat kondisi tersebut BI Maluku merasa perlu untuk mengembangkan kain tenun Tanimbar sebagai salah satu sasaran dalam program local Economic Development (LED)," ujarnya.
Program LED merupakan upaya BI, untuk menumbuhkan pusat aktifitas ekonomi baru, disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.
Karena itu, BI Maluku bekerja sama dengan Inpex Masela sebagai mitra strategis pwngembangan kain tenun ikat Tanimbar.
Inpex Masela telah aktif berkontribusi pada pengembangan kerajinan kain tenun ikat sejak 2014, sebagai bentuk dari tanggungjawab sosial di wilayah aktifitas bisnisnya.
Manager Land Acquisition dan sosial performance Inpex, Puri Minari yang mengakui mewakili jajaran pimpinan mengatakan, Inpex selama ini sudah melakukan program pelatihan dan pengembangan yang merupakan salah satu bentuk program dari Inpex yang dilakukan di Kabupaten MTB sejak 2013 .
Tujuannya untuk memberikan lebih kearah skil, pembekalan pengetahuan dan juga tehnik mementun yang baik sehingga menghasilkan motif yang pas atau memiliki daya saing yang lebih baik.
Disamping itu, Inpex juga turut mendukung Pemkab MTB untuk memberdayakan mama-mama (kaum ibu) yang ada di sana.
"Jadi ada pemberdayaan, sehingga mama-mama ini dalam memproduk hasil kain tenun ikat Tanimbar ini bisa meningkatkan hasil produknya dan berharap bisa membantu tingkat kesejahteraan ekonomi mereka," katanya.
Dia mengatakan, dalam melaksanakan program sosial di daerah itu tentunya Inpex tidak sendiri tetapi juga ada parnert sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri dan juga para disainer seperti yang pernah dilakukan dengan Semuel Wattimena tepatnya di pada 2011, namun tidak berlanjut.
"Kami belakangan ini mengetahui kalau ternyata BI Maluku mempunyai program yang sama untuk membantu di sektor budaya dan pariwisata salah satunya tenun ikat Tanimbar," ujarnya.
Dia menambahkan, termotivasi dengan BI Maluku dalam pengembangan tenun ikat Tanimbar ini dengan harapan kedepan senergi dari berbagai pihak ini juga akan membuat kain tenun ikat Tanimbar semakin dikenal oleh masyarakat," ujarnya. (antara)
Penandatangan nota kesepahaman (MoU) dilakukan Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku, Bambang Pramasudi dengan Manager Land Acquisition dan sosial performance Inpex, Puri Minari.
Bambang mengatakan, peranan UMKM dalam struktur perekonomian sangatlah dominan, baik dari sisi jumlah usaha, penyerapan tenaga kerja maupun sumbangan pada produk domestik bruto (PDB) dan ekspor Indonesia.
Berdasarkan data 2013 dari 57,9 juta unit usaha di Indonesia, ternyata 99,9 persen diantaranya merupakan UMKM dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 114 juta orang.
Dengan demikian kain tenun ikat Tanimbar dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi lokal, di mana menurut Pemkab MTB satu dari sepuluh penduduk perempuan di kabupaten tersebut merupakan penenun.
Dengan kata lain potensi dorongan produktifitas ekonomi dari pengembangan kerajinan tenun ikat cukup besar.
Dari sisi potensi pasar 41 motif unik pada tenun ikat Tanimbar juga diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar busana etnik nasional.
Menurut Bambang, pengembangan kain tenun ikat Tanimbar masih memeiliki beberapa tantangan hingga saat ini masih sedikit penduduk MTB yang menjadikan kegiatan menenun sebagai mata pencaharian utama.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya akses pasar yang selama ini banyak menggantungkan pada permintaan untuk acara adat.
"Melihat kondisi tersebut BI Maluku merasa perlu untuk mengembangkan kain tenun Tanimbar sebagai salah satu sasaran dalam program local Economic Development (LED)," ujarnya.
Program LED merupakan upaya BI, untuk menumbuhkan pusat aktifitas ekonomi baru, disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.
Karena itu, BI Maluku bekerja sama dengan Inpex Masela sebagai mitra strategis pwngembangan kain tenun ikat Tanimbar.
Inpex Masela telah aktif berkontribusi pada pengembangan kerajinan kain tenun ikat sejak 2014, sebagai bentuk dari tanggungjawab sosial di wilayah aktifitas bisnisnya.
Manager Land Acquisition dan sosial performance Inpex, Puri Minari yang mengakui mewakili jajaran pimpinan mengatakan, Inpex selama ini sudah melakukan program pelatihan dan pengembangan yang merupakan salah satu bentuk program dari Inpex yang dilakukan di Kabupaten MTB sejak 2013 .
Tujuannya untuk memberikan lebih kearah skil, pembekalan pengetahuan dan juga tehnik mementun yang baik sehingga menghasilkan motif yang pas atau memiliki daya saing yang lebih baik.
Disamping itu, Inpex juga turut mendukung Pemkab MTB untuk memberdayakan mama-mama (kaum ibu) yang ada di sana.
"Jadi ada pemberdayaan, sehingga mama-mama ini dalam memproduk hasil kain tenun ikat Tanimbar ini bisa meningkatkan hasil produknya dan berharap bisa membantu tingkat kesejahteraan ekonomi mereka," katanya.
Dia mengatakan, dalam melaksanakan program sosial di daerah itu tentunya Inpex tidak sendiri tetapi juga ada parnert sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri dan juga para disainer seperti yang pernah dilakukan dengan Semuel Wattimena tepatnya di pada 2011, namun tidak berlanjut.
"Kami belakangan ini mengetahui kalau ternyata BI Maluku mempunyai program yang sama untuk membantu di sektor budaya dan pariwisata salah satunya tenun ikat Tanimbar," ujarnya.
Dia menambahkan, termotivasi dengan BI Maluku dalam pengembangan tenun ikat Tanimbar ini dengan harapan kedepan senergi dari berbagai pihak ini juga akan membuat kain tenun ikat Tanimbar semakin dikenal oleh masyarakat," ujarnya. (antara)