![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRP4eNgxqlTwpxL6D_RGtNtvFV2PaFpp6peKd4lVCswztVUaUzowbwebDVCb0kVyzrjg6NCI_KWRDTc9-12Xs1lmr8hGazkMGtedfwsK_MV2Tq1RiXQizVpXJM0g-1khVXX_xwxxx4isQ/s640/Abdul+Gani+Kasuba.jpg)
Mereka adalah Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba dan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, sementara Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola berhalangan hadir karena sedang bertugas ke luar negeri.
"Mohon maaf karena pak Longki sedang tugas ke Swiss," kata Asisten bidang Pemerintahan Setda Sulteng Moh. Arif Latjuba saat membacakan sambutan gubernur.
Kata dia, gubernur berpesan agar seluruh abnaulkhairaat dapat mencontoh sang guru pendiri, Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri.
"Guru tua memberikan warisan yang begitu besar yakni perguruan Alkhairaat dari seluruh tingkatan pendidikan. Sehingga sikap beliau dapat menjadi menjadi perenungan, baik sebagai ulama, pemerintah (umara) dan tokoh perempuan dan semua lapisan masyarakat," katanya.
Gubernur juga mengajak tokoh agama hendaknya berada di garis terdepan dalam menyatukan perbedaan dan mempererat kebersamaan.
"Semua karya-karya beliau senantiasa dijaga dan dikawal sebagai pencerdas moral bangsa," ujarnya.
Sekitar 30.000 umat Islam dari berbagai penjuru padati kompleks Alkhairaat utamanya Jalan Sis Aljufri, Palu Barat, tempat berlangsunya haul ke-48 Guru Tua.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat Dr. Lukman S Thahir menyatakan umat Islam tersebut datang dari berbagai daerah di Indonesia.
"Mereka adalah abnaulkhairaat yang datang dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Manado," ungkapnya.
Selain mereka, kata Lukman, abnaulkhairaat juga berasal dari Kabupaten Tojo Unauna, Morowali, Tolitoli, Poso, Sigi, Donggala, Banggai, Banggai Kepulauan, Buol, dan Kota Palu.
Dari 15.000 kursi yang dipersiapkan panitia, semua terisi penuh bahkan masih banyak tamu yang berdiri di dalam dan di luar tenda, sebagian mengisi masjid dan teras-teras pertokoan di sekitar area pelaksanaan Haul tersebut.
Sayid Idrus bin Salim Aljufrie merupakan pertautan antara sosok ulama dan pemimpin besar (Arab-Bugis) sehingga tidaklah berlebihan jika beliau dikategorikan sebagai ulama yang memiliki sosok dan kepribadian yang berbeda dengan ulama lainnya.
Beliau dilahirkan sebagai anak kedua dari pasangan Habib Salim bin Alwi bin Saggaf Aljufri (seorang mufti di Hadhramaut) dengan Syarifah Nur binti Muhammad Aljufri (seorang puteri keturunan salah seorang Raja di Sulawesi Selatan yang bergelar Arung Matoa Wajo).
Habib Idrus dilahirkan di Taris, sebuah kota kecil yang letaknya kurang lebih 5 km dari Kota Saiwun, ibu kota Provinsi Hadramaut (Yaman Selatan) pada hari Senin 14 Sya'ban 1309 H yang bersamaan dengan 14 Maret 1889 M dan kembali ke rahmatullah juga pada hari Senin 12 Syawal 1389 H (22 Desember 1969 M) di Palu Sulawesi Tengah, Indonesia di usia 80 tahun.(ANTARA)