![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT_PIDPDGk_4g88_3Nw9A0Eijp-yJega9ih_vR5r25FttAnOiZY67_Zj4sIiHyT2bxZVxZn94-65QvJu-YFvw5aZcjPgrSlEG1ziYmgz7srlNvDkHwNvbYpWuz64UYNOXVMAEdHnynUKE/s640/untukng+sangadji.jpg)
Namun itu cerita dulu. Sekarang kisah heroik AKBP Untung seolah dilupakan. Begitu juga dengan jasanya. Pria berdarah Maluku ini kecawa dengan sikap Kapolri Badrodin Haiti.
AKBP Untung menilai ada perlakuan yang berbeda. Teman-temannya diberikan posisi, sementara dia hanya dihargai dengan sepotong PIN dan sejumlah uang.
“Ini udah beberapa bulan. Yang lain udah dikasih tempat, saya enggak ada sama sekali. Saya cuma dikasih PIN aja. Kapolri tidak memanggil saya secara khusus, cuma Lemdikpol,” kata Untung seperti dikutip dari merdeka.com, Rabu (6/4).
Kekecewaan itu makin besar ketika sang Jendral mengatakan kasus Thamrin merupakan kasus biasa. Untung Sangaji merasa pernyataan itu sangat melukai hatinya dan teman-teman yang sudah bertaruh nyawa melindung warga.
“Kapolri menjelaskan ke kita karena ini kasus biasa. Saya enggak paham, karena ini didengar sama pasukan. Kita punya bapak melecehkan seperti itu. Saya tidak menghina dia, malah beliau menghina saya. Ini jabatan Kapolri kan bintang empat. Saya berjuang di sana,” katanya.
Karena itu AKBP Untung mengaku ingin berkarya di tempat lain yang bisa menghargai jasa-jasannya. Salah satunya mencalonkan diri sebagai Bupati di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
“Selain PIN, saya dikasih uang dolar, terus saya dibeliin sebelas ekor kambing. Kerjanya nyawa enggak dianggap. Untuk apa melindungi rakyat, tapi enggak dihargai. Toh di polisi udah baik, tapi saya ingin menghargai institusi. Lebih baik saya berkarya di tempat lain,” pungkas Untung. (kilasmaluku)