Thursday, 4 February 2016

15:11:00
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca MUI Maluku Minta Mantan Pengikut Gafatar Pulang Kampung. AMBON - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku meminta eks pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang kembali ke kampung halaman jangan berbuat macam-macam sehingga menimbulkan keresahan masyarakat setempat.

"Kami hanya bisa berpesan seperti itu bagi 18 eks anggota Gafatar dalam pertemuan bersama setelah tiba di Ambon pada 1 2 Februari 2016," kata Ketua MUI Maluku, Idrus Toekan, dikonfirmasi, Kamis.

Itu pesan dan harapan dari MUI Maluku, lanjutnya, agar setelah mereka kembali ke keluarga maupun masyarakat bisa berbuat dengan baik.

Idrus mengatakan, setelah 18 eks pengikut Gafatar dipastikan tiba di Ambon, ia dihubungi pihak Kanwil Kementerian Agama Maluku agar bersedia menjemput secara bersama - sama di Bandara Internasional Pattimura.

18 eks pengikut Gafatar diterima juga Imam Masjid Raya Alfatah Ambon, H. Hasanusi dan Kadis Sosial Maluku, Paulus Kastanya.

Mereka selanjutnya diserahkan kepada Kadis Sosial Kota Ambon,Wa Ode Muna guna ditampung di Balai Diklat Kantor Kementerian Agama Wilayah Maluku di desa Waiheru, kecamatan Teluk Ambon.

18 orang itu tercatat 12 diantaranya dari Kota Ambon, selanjutnya masing - masing dua orang dari Kabupaten Seram Bagian Barat(SBB), Seram Bagian Timur (SBT)dan Maluku Tengah.

"Setelah berada di Balai Diklat, Waiheru diberikan pembinaan rohani dari MUI maupun Kantor Kementerian Agama Wilayah Maluku, agar para mantan pengikut Gafatar setelah kembali kepada keluarga maupun permukiman bisa beraktifitas secara baik," ujar Idrus.

Dia mengakui, MUI Maluku tidak bisa berbuat banyak sebab MUI Pusat sudah menegaskan bahwa Gafatar adalah aliran sesat.

Karena itu, MUI Maluku hanya bisa menyampaikan terima kasih sebab angota eks Gafatar yang kembali karena ini menunjukkan kesadaran mereka tidak mau mengikuti aliran tersebut.

"18 eks pengikut Gafatar itu sudah kembali ke permukiman mereka, baik di Kota Ambon, SBB, SBT dan Maluku Tengah," kata Idrus Toekan. (Antara)