Monday, 20 April 2015

03:02:00
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gempa 5,2 SR Guncang Barat Laut MTB. AMBON - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5,2 Skala Richter (SR) di barat laut Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).

GEMPA terjadi pada Minggu (5/4), pukul 02.48 WIT. Menurut BMKG, gempa berpusat pada koordinat 6.04 derajat Lintang Selatan (LS) dan Bujur 130.77 derajat Bujur Timur (BT), dengan kedalaman 109 km.

Lokasi gempa di Laut Banda, 185 km barat laut Maluku Tenggara Barat, 218 km barat daya Maluku Tenggara, 224 km barat daya Tual, 392 km tenggara Ambon dan 2.660 km timur laut Jakarta.

Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Informasi yang diperoleh Kabar Timur menyebutkan, gempa yang terjadi saat warga sibuk menyiapkan pawai obor keliling kota untuk merayakan Paskah atau memperingati kebangkitan Yesus Kristus.

Warga sempat panik dan berhamburan ke luar rumah akibat getaran keras yang mereka rasakan. Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan rumah dan bangunan lainnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tenggara Barat masih memantau kondisi pascagempa dan dampaknya kepada warga.

Sutopo menyebutkan, Kabupaten MTB adalah salah satu daerah rawan gempa karena terletak di pertemuan subduksi Hindia Australia dan Eurasia. Hal ini menyebabkan tingginya aktivitas tektonik dari sesar Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari Pulau Alor bagian utara sampai Pulau Romang. Akibatnya, sering terja­di gempa besar di wilayah itu. Namun, pen­elitian tentang gempa di wi­layah Indonesia bagian timur masih minim. Padahal, kondisi geologi dengan percampuran lempeng Hindia, Australia, Pasifik, Eurasia, dan Filipina ini punya ancaman gempa dan tsunami lebih tinggi. Berdasarkan data BNPB, dari tahun 1629-2014 ada 174 kejadian tsunami, sekitar 60 persen terjadi di wilayah Indonesia bagian timur.

Sutopo me­ngatakan peme­rintah seharusnya men­galokasikan dana khusus untuk penelitian di sana dan persiapan penduduk wila­yah Indonesia ba­gian timur. Hal ini dik­arenakan BNPB mem­pre­diksi akan ada saat siklus geologi semua lem­peng ber­temu dan pasti ak­an meng­kibatkan gem­pa serta tsu­nami besar. “Akan ada ba­nyak korban jiwa nanti­nya jika peme­rin­tah tak siaga,” katanya. [Antara]